Aku sangat terkagum-kagum padanya, umurnya baru 20 tahun, kuliahnya baru semester 5, tetapi mampu memimpin perusahaan dengan omset ratusan juta perbulan, memberdayakan 40 lebih penjahit di Tulungagung, dan sangat kreatif menciptakan desain-desain gamis yang indah. Tentu saja, sebagai akademisi aku memberikan apresiasi yang sangat tulus untuk prestasinya yang terbilang langka itu. Pada saat banyak mahasiswa lain tiap bulan meminta kiriman rutin dari orang tuanya, bahkan setelah lulus banyak yang bingung mau kerja apa, dia sudah mampu mandiri, bahkan menciptakan lapangan kerja untuk banyak orang. Aku mengajak mahasiswa lain untuk belajar dari pengalamannya, yakni mendayagunakan sebaik-baiknya potensi yang diberikan Tuhan agar berkembang maksimal. Dukungan teknologi komunikasi yang selalu makin canggih dapat dimanfaatkan untuk memberikan dan mendapatkan manfaat.
Terkait dengan kata-kataku itu, kemarin ada yang “komplain” padaku.
“Kamu mendukung mahasiswa jualan di media sosial, katanya agar media sosial lebih bermanfaat, tapi kamu diajak jualan tidak pernah mau. Tidak konsisten”
Aku kaget mendengar kata-katanya. Dia memang pernah mengajakku mengikuti langkahnya menjadi agen suatu produk, tapi aku tidak bersedia, padahal menurutnya keuntungannya lumayan besar.
“Siapa bilang aku tidak mau jualan?”, sanggahku.
“Mana? Kamu hanya nulis artikel yang panjangnya kaya koran, tulisan yang tidak mendatangkan uang, tidak ada keuntungannya, tidak ada yang mau beli”
Aku tertawa. Geli dengan logika pikirnya yang melulu soal uang.
“Ada yang mendapat manfaat dan keuntungan berupa uang karena berjualan produk. Itu sangat baik.
Sedangkan aku memilih berjualan gagasan dan pemikiran. Aku dibayar sangat mahal, seringkali nilainya lebih dari uang, yaitu kebahagiaan”
“Abstrak. Bahagia itu subjektif, tidak kongkrit”
Mungkin betul, bahagia kesannya abstrak dan tidak jelas. Tapi buatku, bahagia sangat jelas, yaitu perasaan hangat dalam hati yang menjalar ke seluruh tubuh hingga membuat mata lebih berbinar, bibir tergerak bersenyum dan hidup terasa lebih berharga. Aku sangat bahagia ketika gagasanku dibeli pembaca. Memang bukan dengan uang, sehingga tidak dapat dihitung secara matematis.
Aku dibayar dengan pengakuan-pengakuan orang yang berubah setelah membaca tulisanku. Ada yang berubah cara pandangnya terhadap suatu hal, ada yang berubah dari lemah menjadi berdaya, ada yang berubah sikapnya menjadi lebih menghargai sesama, ada yang berubah menjadi lebih dermawan. Ini beberapa contohnya:
“Terima kasih Mba, sejak baca tulisan Mba tentang kekerasan terhadap anak, sikap saya berubah drastis pada anak, sekarang saya tidak pernah lagi membentakbentak, memukul, menjewer atau mencubit anak saya, kalau dia susah dikendalikan saya peluk dan belai, alhamdulilah dia sekarang lebih mudah dibilangin, tidak melawan terus. Saya menyesal pernah menyakitinya, saya akan menebusnya dengan kasih sayang agar dia tumbuh sehat lahir batin”
“Saya pernah bacakan status Mba Zulfa pada suami, tentang hak istri untuk berpendapat. Setelah itu dia baca-baca buku, dan alhamdulilah, sekarang dia lebih menghargai saya. Tidak otoriter membuat keputusan sendiri, lebih sering tanya saya dulu, lalu kami bermusyawarah, kadang-kadang pendapat saya dipakai. Saya senang sekali, dia memimpin keluarga dengan lebih baik, menghargai keberadaan istri”
“Saya sudah lama memendam rasa tidak nyaman karena sering dilecehkan atasan, dia sering colek-colek saya, atau sok akrab sentuh-sentuh tubuh saya sambil bercanda. Semula saya takut menegurnya, tapi setelah baca status Mba saya jadi berani, saya niati jihad. Alhamdulilah, dengan pertolongan Allah dia mau merespon keberatan saya, sekarang tidak pernah lagi melakukannya”
“Saya dulu sangat perhitungan, kalau mau sedekah terbayang-bayang rencana belanja yang dibatalkan karena uangnya disedekahkan, akhirnya jarang sekali sedekah. Tapi, setelah baca status Mba tentang bahagianya berbagi, sekarang saya prioritaskan anggaran untuk dibagi dengan tetangga-tetangga saya yang miskin dan yatim. Alhamdulilah, melihat mereka tersenyum saya bahagia sekali.
Saya tidak lagi memikirkan uang yang berpindah ke mereka, tapi mensyukuri kesempatan membahagiakan mereka. Ternyata benar, saya tidak jatuh miskin karena sedekah”
Masih banyak pernyataan lain tentang perubahan yang disampaikan pembaca padaku. Buatku, harga perubahan itu lebih mahal dari uang berapapun. Oleh karena itu, aku terus ingin melakukannya. Ada begitu banyak perubahan yang aku dambakan, antara lain perubahan agar setiap orang dihargai karena kemanusiannya, diperlakukan setara tanpa diskriminasi, terlepas apakah dia kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, difabel atau tidak, beragama sama denganku atau tidak, bahkan tidak beragama sekalipun. Aku mendambakan perubahan agar kekerasan terhadap perempuan dan anak ditiadakan dari muka bumi. Dan aku harus melakukan sesuatu untuk mengupayakan perubahan itu.
“Mengapa tidak menulis artikel sekaligus berjualan? Kan manfaatnya ganda.. “
Setiap orang bebas memilih akan menjemput rizki melalui jalan apa. Tidak melulu yang tidak mengambil suatu jalan, dapat dikatakan menyia-nyiakan kesempatan. Adakalanya, dengan berambisi mengambil semua kesempatan, dia justru kehilangan kesempatan yang telah di tangan, sedangkan yang istiqomah menapaki jalan tertentu secara serius, bisa jadi akan lebih sukses.