Kritik Ayah-Anak |
Anak : Ayah, itu got kaya tempat ayah pipis kemarin ya
Ayah : Kapan?
Anak : Itu, waktu kita pulang dari Semarang.
Kata Ayah kita nggak boleh pipis sembarangan, kok Ayah
pipis di got sih, harusnya kan di kamar mandi. Ayah pipisnya
berdiri, dilihat banyak orang nggak malu, nggak dicuci
Ayahnya tampak bingung mau menjawab apa, akhirnya..
Ayah : Ya... waktu itu kan lagi macet, nggak ada kamar mandi nak
Anak : Ayah kok boleh, aku kok tidak boleh, kata ayah kalo pipis harus jongkok, harus dicuci pakai air, harus ditutup biar nggak dilihat orang.
Aku tertawa. Anak yang cerdas, pintar mempertanyakan perilaku orang tuanya yang tidak konsisten antara ucapan dan tindakannya.
Mungkin pertanyaan dan kritik itu juga muncul dalam diri anak-anak lain yang ;
Orang tuanya selalu menyuruh belajar, tetapi tak pernah tampak membaca, menulis atau membicarakan pengetahuan.
Orang tuanya melarang jajan sembaranag, tapi tak menyediakan jajanan sehat.
Orang tuanya menyuruh shalat jamaah, tapi dirinya asyik bersantai.
Orang tuanya menuntut anaknya bicara halus dan lembut, tapi dirinya selalu berkata keras dan kasar.
Orang tuanya selalu menasehati agar guyub rukun, tetapi dirinya selalu berselisih dengan tetangganya.
Bukankah inkonsistensi antara ucapan dan tindakan adalah pelajaran paling nyata untuk menjadi pembangkang? Entah itu membangkang diam-diam atau terang-terangan.